PT Merpati Nusantara Airlines (Merpati) memastikan segera mengoperasikan 15 unit pesawat berbaling-baling Xinzhou 60 (Xian MA 60) produksi pabrik pesawat Xian di Propinsi Shaanxi (China Aviation Industry Corporation/CAIC) tahun ini.
"Dua pesawat dijadwalkan hadir pada April tahun ini dan secara bertahap hingga akhir tahun menjadi 15 unit," kata GM Corporate Secretary Merpati, Irvan Harijanto kepada pers di Jakarta, Jumat.
Menurut Irvan, pesawat dengan kapasitas 50 penumpang ini akan difokuskan oleh Merpati untuk menggantikan dua Fokker 27 yang melayani rute-rute komuter di Bali-Nusa Tenggara Timur dan Barat. Sedang dua fokker itu sendiri akan segera dijual oleh Merpati.
Dia menegaskan, 15 unit pesawat tersebut seluruhnya merupakan produk baru dari CAIC dan Merpati adalah pengguna pertama di Indonesia, bahkan di Asia Pasifik. Namun, Irvan tidak merinci berapa populasi pesawat tersebut di dunia.
"Kami telah melakukan studi kelayakan pesawat ini beberapa tahun terakhir," katanya tanpa bersedia merinci nilai sewa (leasing) dari 15 pesawat tersebut dan hanya menyatakan, hal ini terjadi karena Merpati baru saja memperoleh Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) senilai Rp450 miliar.
Irvan menambahkan, pengadaan 15 unit pesawat dari Cina tersebut merupakan realisasi dari kerjasama antar negara (G to G).
Selain itu, pada tahun ini, lanjut Irvan, Merpati juga akan menambah 13 pesawat jet Boeing series 300,400 dan 500 sehingga total pesawat jet tahun ini menjadi 25 pesawat. Sebelumnya Merpati telah mengoperasikan 22 pesawat dengan rincian 12 pesawat jet, 6 Twin Otter dan empat jenis Cassa.
"Dengan demikian, hingga akhir tahun, total pesawat Merpati sebesar 39-40 tahun ini," katanya.
Ditegaskannya, dengan kepemilikan pesawat sebesar itu, hampir bisa dipastikan, Merpati akan terus melakukan ekspansi rute-rute baru, baik komuter maupun jarak pendek dan menengah di Kawasan Timur Indonesia, Tengah dan Barat.
"Kalau pada 2006 total penumpang kami hanya 2,4 juta maka pada tahun ini kami targetkan naik menjadi 5,7 juta," katanya.
Merpati hingga 2006, per bulannya dilaporkan selalu merugi sekitar Rp5-10 miliar per bulan dan manajemen maskapai ini bertekad dengan bantuan PMP Rp450 miliar dan dengan penambahan serta pengoperasian pesawat jet berjumlah 15 unit, kinerja BUMN ini diperkirakan mencapai titik impas.
Pada 2006 pula, total kota tujuan (destinasi) yang dilayani sebanyak 30-an kota baik domestik maupun rute regional dan pada tahun ini diperkirakan menjadi 40-an kota tujuan. Turbojet propeler
Pesawat MA-60 ini disebut-sebut dapat terbang sampai ketinggian 6000 m dari permukaan laut dengan jarak penerbangan hingga 1600 km dan telah memenuhi kriteria standar internasional paling mutakhir seperti keamanan dan kenyamanan penerbangan, hemat bahan bakar, kebisingan rendah, mudah perawatannya serta biaya operasi yang rendah.
Irvan juga menyebut pesawat ini bermesin turboprop (turbojet propeler) dan berteknologi maju serta dilengkapi dengan dua buah mesin pesawat Pratt & Whitney (PW 127) buatan Kanada dan baling-balingnya dari komposit buatan Amerika (Hamilton Sundstrand).
Harga pesawat ini disebut-sebut dua-pertiga dari harga pesawat sejenis lainnya yang ditawarkan di pasaran dunia dengan biaya operasi yang dapat mencapai 10-20 persen lebih murah daripada pesawat sejenis lainnya.
Pesawat ini dipasarkan untuk pertama kalinya ke negara Zimbabwe dan pada saat kini telah digunakan di negara Fiji, Zambia dan Nepal. Rencana pengadaan 15 pesawat ini oleh Merpati juga merupakan pesanan terbesar di luar Tiongkok.
Dari kapanlagi.com
"Dua pesawat dijadwalkan hadir pada April tahun ini dan secara bertahap hingga akhir tahun menjadi 15 unit," kata GM Corporate Secretary Merpati, Irvan Harijanto kepada pers di Jakarta, Jumat.
Menurut Irvan, pesawat dengan kapasitas 50 penumpang ini akan difokuskan oleh Merpati untuk menggantikan dua Fokker 27 yang melayani rute-rute komuter di Bali-Nusa Tenggara Timur dan Barat. Sedang dua fokker itu sendiri akan segera dijual oleh Merpati.
Dia menegaskan, 15 unit pesawat tersebut seluruhnya merupakan produk baru dari CAIC dan Merpati adalah pengguna pertama di Indonesia, bahkan di Asia Pasifik. Namun, Irvan tidak merinci berapa populasi pesawat tersebut di dunia.
"Kami telah melakukan studi kelayakan pesawat ini beberapa tahun terakhir," katanya tanpa bersedia merinci nilai sewa (leasing) dari 15 pesawat tersebut dan hanya menyatakan, hal ini terjadi karena Merpati baru saja memperoleh Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) senilai Rp450 miliar.
Irvan menambahkan, pengadaan 15 unit pesawat dari Cina tersebut merupakan realisasi dari kerjasama antar negara (G to G).
Selain itu, pada tahun ini, lanjut Irvan, Merpati juga akan menambah 13 pesawat jet Boeing series 300,400 dan 500 sehingga total pesawat jet tahun ini menjadi 25 pesawat. Sebelumnya Merpati telah mengoperasikan 22 pesawat dengan rincian 12 pesawat jet, 6 Twin Otter dan empat jenis Cassa.
"Dengan demikian, hingga akhir tahun, total pesawat Merpati sebesar 39-40 tahun ini," katanya.
Ditegaskannya, dengan kepemilikan pesawat sebesar itu, hampir bisa dipastikan, Merpati akan terus melakukan ekspansi rute-rute baru, baik komuter maupun jarak pendek dan menengah di Kawasan Timur Indonesia, Tengah dan Barat.
"Kalau pada 2006 total penumpang kami hanya 2,4 juta maka pada tahun ini kami targetkan naik menjadi 5,7 juta," katanya.
Merpati hingga 2006, per bulannya dilaporkan selalu merugi sekitar Rp5-10 miliar per bulan dan manajemen maskapai ini bertekad dengan bantuan PMP Rp450 miliar dan dengan penambahan serta pengoperasian pesawat jet berjumlah 15 unit, kinerja BUMN ini diperkirakan mencapai titik impas.
Pada 2006 pula, total kota tujuan (destinasi) yang dilayani sebanyak 30-an kota baik domestik maupun rute regional dan pada tahun ini diperkirakan menjadi 40-an kota tujuan. Turbojet propeler
Pesawat MA-60 ini disebut-sebut dapat terbang sampai ketinggian 6000 m dari permukaan laut dengan jarak penerbangan hingga 1600 km dan telah memenuhi kriteria standar internasional paling mutakhir seperti keamanan dan kenyamanan penerbangan, hemat bahan bakar, kebisingan rendah, mudah perawatannya serta biaya operasi yang rendah.
Irvan juga menyebut pesawat ini bermesin turboprop (turbojet propeler) dan berteknologi maju serta dilengkapi dengan dua buah mesin pesawat Pratt & Whitney (PW 127) buatan Kanada dan baling-balingnya dari komposit buatan Amerika (Hamilton Sundstrand).
Harga pesawat ini disebut-sebut dua-pertiga dari harga pesawat sejenis lainnya yang ditawarkan di pasaran dunia dengan biaya operasi yang dapat mencapai 10-20 persen lebih murah daripada pesawat sejenis lainnya.
Pesawat ini dipasarkan untuk pertama kalinya ke negara Zimbabwe dan pada saat kini telah digunakan di negara Fiji, Zambia dan Nepal. Rencana pengadaan 15 pesawat ini oleh Merpati juga merupakan pesanan terbesar di luar Tiongkok.
Dari kapanlagi.com
0 komentar :
Posting Komentar