SEMUA anak mempunyai potensi menjadi cerdas, hanya saja orang tua dan pendidiknya terkadang gagal menemukan keunggulan yang ada dalam anak tersebut.
Hal itu dijelaskan pemerhati dan psikolog anak, Kak Seto Mulyadi, dalam talk show bersama "Menyikapi Kekerasan terhadap Anak Usia Dini" di Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Sabru (1/8). "Semua anak pada dasarnya cerdas, (mereka) dibuat tidak cerdas oleh kita karena tidak digali keunggulannya," katanya di depan ratusan guru TK dan PAUD.
Dia memberi contoh bahwa setiap makhluk hidup juga mempunyai kemampuan berbeda-beda. "Macan memanjat bisa, berenang susah, bebek berenang bisa tapi manjat tidak bisa," katanya. Untuk itu, kata dia, bila ada anak yang tidak cerdas, maka itu kesalahan orang tua dan para guru yang mendidik anaknya.
"Anak bisa saja pintar mengaji tapi tidak bisa matematika, atau pintar matematika dipuji-puji tapi giliran tidak bisa mengaji diomelin," katanya. Dia menambahkan, setiap orang tua harus mempunyai kemampuan untuk melihat potensi anaknya dan harus mampu menerima anak-anaknya apa adanya.
Menurut dia, para orang tua dan guru-guru TK dan PAUD dituntut cerdas dalam mengajarkan pelajaran kepada anak-anaknya. "Ketidaktahuan atas potensi setiap anak, mempertinggi kemungkinan kekerasan terhadap anak," kata Kak Seto yang telah menggeluti profesi sebagai guru TK selama 42 tahun.
Hal itu dijelaskan pemerhati dan psikolog anak, Kak Seto Mulyadi, dalam talk show bersama "Menyikapi Kekerasan terhadap Anak Usia Dini" di Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Sabru (1/8). "Semua anak pada dasarnya cerdas, (mereka) dibuat tidak cerdas oleh kita karena tidak digali keunggulannya," katanya di depan ratusan guru TK dan PAUD.
Dia memberi contoh bahwa setiap makhluk hidup juga mempunyai kemampuan berbeda-beda. "Macan memanjat bisa, berenang susah, bebek berenang bisa tapi manjat tidak bisa," katanya. Untuk itu, kata dia, bila ada anak yang tidak cerdas, maka itu kesalahan orang tua dan para guru yang mendidik anaknya.
"Anak bisa saja pintar mengaji tapi tidak bisa matematika, atau pintar matematika dipuji-puji tapi giliran tidak bisa mengaji diomelin," katanya. Dia menambahkan, setiap orang tua harus mempunyai kemampuan untuk melihat potensi anaknya dan harus mampu menerima anak-anaknya apa adanya.
Menurut dia, para orang tua dan guru-guru TK dan PAUD dituntut cerdas dalam mengajarkan pelajaran kepada anak-anaknya. "Ketidaktahuan atas potensi setiap anak, mempertinggi kemungkinan kekerasan terhadap anak," kata Kak Seto yang telah menggeluti profesi sebagai guru TK selama 42 tahun.
0 komentar :
Posting Komentar