Mantan Pengungsi Suriah Hidupkan Kembali Angkatan Udara


Damaskus – Setelah runtuhnya rezim Bashar al-Assad pada akhir 2024, insinyur-insinyur Suriah mulai menunjukkan keajaiban teknis dengan menghidupkan kembali pesawat tempur dan hekikopter peninggalan era tirani itu, menandai babak baru bagi angkatan udara negara yang porak-poranda akibat perang saudara panjang. Upaya ini tidak hanya menjadi simbol harapan bagi pasukan pemberontak yang kini berkuasa, tapi juga langkah krusial untuk mempertahankan kedaulatan udara Suriah di tengah ancaman eksternal.

Proses revival dimulai sejak Januari 2025, ketika tim insinyur dari tik Kementerian Pertahanan baru mengambil alih pangkalan udara yang ditinggalkan pasukan Assad. Mereka bekerja di bawah kondisi sulit, dengan peralatan rusak akibat serangan udara Israel yang menghancurkan sebagian besar aset strategis Suriah pada Desember 2024, namun semangat mereka tak pudar untuk mengembalikan kemampuan tempur.

Insinyur Suriah, banyak di antaranya mantan mekanik militer yang bergabung dengan oposisi dan sebagian menjadi pengungsi di dalam maupun luar negeri, memulai dengan inspeksi mendalam terhadap mesin-mesin tua yang berdebu. Mereka membersihkan korosi, mengganti suku cadang dari stok lama yang ditemukan di gudang-gudang rahasia, dan melakukan uji coba darat untuk memastikan kestabilan struktur pesawat yang sudah bertahun-tahun tak terbang.

Salah satu tantangan utama adalah ketersediaan suku cadang, karena sanksi internasional sebelumnya membuat impor sulit. Namun, insinyur kreatif ini memanfaatkan parts dari pesawat-pesawat yang hancur, memproduksi komponen sederhana di bengkel darurat, dan bahkan berkolaborasi dengan teknisi dari negara tetangga seperti Turki untuk mendapatkan bantuan teknis tanpa melanggar embargo baru.

Video dari Syria TV yang viral menampilkan momen dramatis saat pesawat L-39 Albatros lepas landas dari Pangkalan Udara Kuweires, timur Aleppo, menjadi bukti nyata keberhasilan awal. Pesawat latih jet ini, yang dulunya digunakan rezim Assad untuk membom warga sipil sejak awal revolusi 2011, kini diterbangkan untuk misi pengintaian, menunjukkan transformasi dari alat penindasan menjadi aset pertahanan.

L-39, dikembangkan Cekoslowakia pada era Perang Dingin, adalah pesawat turbofan pertama yang banyak dipakai angkatan udara dunia untuk pelatihan dan serangan ringan. Lebih dari 30 negara pernah mengoperasikannya, dan di Suriah, model ini menjadi favorit karena kemudahan perawatannya, meski usianya sudah puluhan tahun.

Proses menghidupkan hekikopter lebih rumit, karena rotor dan sistem hidrolik sering rusak akibat penyimpanan buruk. Insinyur fokus pada model Mi-24 Hind, senjata andalan Assad untuk serangan darat, dengan mengganti blade rotor dan mengkalibrasi avionik sederhana menggunakan peralatan portabel yang dibawa dari markas di Idlib.

Pada Maret 2025, Angkatan Udara baru Suriah pertama kali mengerahkan Mi-24 dalam pertempuran di Latakia melawan sisa-sisa loyalis Assad, disertai jet tempur Rusia yang memantau dari kejauhan. Ini menjadi tonggak bersejarah, di mana helikopter itu meluncurkan roket tak terbimbing ke target, membuktikan bahwa revival bukan sekadar mimpi.

Divisi yang bertanggung jawab atas upaya ini adalah unit teknis khusus di bawah Kementerian Pertahanan Suriah pasca-Assad, yang dibentuk dari merger Kementerian terkait di pemerintahan penyelamat (SG) di Idlib dan Syrian National Army (SNA) yang berada di Kementerian Pertahanan pemerintahan interim (SIG) di Azaz. Unit ini, dipimpin oleh insinyur sipil dan militer yang dilatih di Rusia dan Turki, beroperasi di pangkalan seperti Istamo di Latakia, di mana puluhan helikopter Mi-14 dan Ka-27 disimpan utuh.

Estimasi jumlah pesawat yang bisa diterbangkan kembali bervariasi, tapi laporan intelijen menunjukkan sekitar 20-30 unit tetap dan berputar layak operasional. Ini termasuk 11 L-39 yang ditangkap di Aleppo, beberapa MiG-23, dan Mi-8 hekikopter, meski serangan Israel menghancurkan ratusan lainnya, meninggalkan inventaris SyAAF hanya 231 unit aktif secara keseluruhan.

Dari total aset Assad yang mencapai 450-750 pesawat tetap dan 170-210 hekikopter sebelum perang, hanya sebagian kecil selamat dari kehancuran. Insinyur memperkirakan 15-20 pesawat tempur seperti MiG-23, MiG-29 dan Su-22 bisa kembali terbang dalam enam bulan, sementara 10-15 hekikopter Mi-24 siap untuk misi tempur ringan, tergantung pasokan suku cadang.

Upaya ini didukung oleh reformasi militer yang lebih luas, di mana Konferensi Kemenangan Januari 2025 di Damaskus menyatukan faksi-faksi oposisi menjadi angkatan bersenjata nasional. Presiden sementara Ahmed al-Sharaa menekankan bahwa revival udara adalah prioritas untuk mencegah invasi asing, terutama dari Israel yang masih secara ilegal menduduki perbatasan Golan.

Suriah layak mendirikan perusahaan perawatan pesawat tempur di kawasan, mengingat pengalaman historis SyAAF dalam overhaul di fasilitas Aleppo yang disebut "Pabrik". Dengan dukungan Turki dan potensi investasi dari Qatar, perusahaan seperti itu bisa memproduksi parts lokal, mengurangi ketergantungan impor, dan bahkan mengekspor jasa ke negara-negara Arab lain.

Faktor kelayakan termasuk tenaga ahli lokal yang melimpah, lokasi strategis dekat Laut Mediterania untuk logistik, dan akhir sanksi AS serta UE pasca-runtuhnya Assad. Namun, tantangan keuangan tetap ada, dengan biaya revival mencapai miliaran dolar, meski aliansi dengan Turki bisa menutup celah itu melalui pelatihan dan transfer teknologi.

Perusahaan perawatan semacam itu akan merevitalisasi ekonomi Suriah, menciptakan ribuan lapangan kerja bagi insinyur muda dan mekanik, serta mendukung industri pertahanan regional. Analis militer memuji inisiatif ini sebagai langkah bijak, karena Suriah punya sejarah panjang memodernisasi aset Soviet-era, seperti upgrade Su-24 dengan bantuan Rusia sebelum 2011.

Kendati demikian, risiko geopolitik tinggi, dengan eks pendukung rejim yang kehilangan pengaruh di Suriah mungkin mencoba sabotase. Israel juga terus melakukan serangan teror, membuat keamanan fasilitas perawatan menjadi prioritas utama bagi pemerintah baru.

Keberhasilan awal seperti penerbangan L-39 di Kuweires telah menginspirasi rakyat Suriah, yang melihatnya sebagai simbol kebangkitan nasional. Video Syria TV itu menyebar luas, menarik perhatian internasional dan membuka pintu bantuan dari negara-negara Barat yang sebelumnya menentang Assad.

Dalam jangka panjang, perusahaan perawatan ini bisa menjadi pusat ekspor jasa avionik untuk Timur Tengah, memanfaatkan stok pesawat tua di Lebanon dan Irak. Suriah, dengan sumber daya manusia terampilnya, berpotensi menjadi pemain kunci di industri penerbangan militer kawasan, asal stabilitas politik terjaga.

Pemerintah transisi Suriah kini fokus merekrut pilot dan teknisi baru, dengan program pelatihan di Turki untuk mengoperasikan aset yang direvitalisasi. Ini bagian dari visi membangun SyAAF yang demokratis, jauh dari bayang-bayang penindasan Assad.

Akhirnya, revival pesawat tempur dan hekikopter ini bukan hanya soal militer, tapi harapan bagi generasi muda Suriah yang lelah perang. Dengan insinyur sebagai pahlawan tak terlihat, langit Suriah mulai cerah kembali, menjanjikan era baru kemandirian udara.

Share on Google Plus

About Redaksi

Kota Barus adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Indonesia. Ibukota kecamatan ini berada di kelurahan Padang Masiang. Kota Barus sebagai kota Emporium dan pusat peradaban pada abad 1 – 17 M, dan disebut juga dengan nama lain, yaitu Fansur.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :